Sabtu, 26 Juli 2008

A Letter Love


Syukur Alhamdulillah atas segala nikmat yang tiada berakhir ini. Adalah sebuah kenikmatan yang besar ketika Allah memperkenalkan kepada teteh jiwa-jiwa baru yang akan mengisi dalam ruang hati teteh.
Bismillahirrhmaanirrahiim…
Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri serta saudara-saudariku yang InsyaAllah tetap mencintai Allah dan rasul-Nya di atas segalanya, karena hanya cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cintahakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih bermakna dan indah.
Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang kerap kali terisi oleh cinta selain-Nya, yg mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukankarena-Nya, lalu di ruang hatinya yang kelam merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah di mana keikhlasan. Maka saat ini kurasakan kekecewaan dan kelelahan karena yang kulakukan tidak sepenuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil. Dia akan melihat kesungguhan dalam berproses.
Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa saudara/i-ku yang mulai lelah menapaki jalan-Nya ketika seringkali mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan, serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya.
Surat ini kutujukan untuk ruh-ku dan ruh saudara/i-ku yang mulai terkikis oleh dunia yg menipu, serta membiarkan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu di manakah kejujuran diletakkan?? Dan kini terabaikan sudah secara nurani yang bersih, saat ibadah hanyalah rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang semu, coba lihat hatimu menangis, tertawa dan merana??
Surat ini kutujukan untuk diriku dan diri saudara/i-ku yang sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri. Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih dihadapan-Nya selain ketakwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan kefanaan.
Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang mulai mati, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, dan saat tiada rasa dosa ketika menzhalimi diri dan saudaranya. Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun sedikit, jangan biarkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling,memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dari-Nya.
“Adakah hari-hari yang mungkin aku bisa lari dari maut, hari yang ditentukan, dan yang tidak ditentukan. Hari yang tidakditetapkan, akupun tak gentar dan hari yang ditentukan-pun aku tak kuasa menghindarinya. Ku katakan padanya, ia telah terbang bertabur bintang. Dari para syuhada yang gugur yang tak kau pedulikan. Maka sesungguhnya engkau walau meminta penundaan meski sehari atas ajal yang ditetapkan padamu, tentu ia takkan mau karena itu bersabarlah saat menghadapi kematian karena mengharapkan keabadian adalah sesuatu yang mustahil.”
(Disenandungkan oleh Ali bin Abi Thalib kala mengahadapi musuh-musuhnya).
NB : Semoga bisa membangkitkan iman yang sedang mati atau ‘jalan ditempat’, berdiam diri tanpa ada sesuatu amalan-pun yang dapat dikerjakan. It works for me…and i hope same as you…
Kembalikan semangat itu saudaraku….. Ada Allah dan orang-orang beriman yang selalu menemani di kala hati “lelah”. “Ya..Allah yang maha membolak-balikkan hati, tetapkan hati ini pada agama-MU, pada taat kepada-Mu dan da’wah di jalan-Mu”
Wallahu’alam bishowab

Tidak ada komentar: