Rabu, 06 Oktober 2010

Cahaya 5


Awalnya tak punya cahaya, berjalan melewati gelap. Serangga malam itu seolah menawarkan cahaya kerlipnya, begitu mempesona dalam kegelapan, padahal kita tahu cahaya mereka tak cukup untuk berbagi. Hanya untuk dirinya saja. Itupun tak cukup terang. Masalahnya kita tak hanya butuh kerlip biasa. Tetapi kerlip yang sebenarnya, Nyata. Kerlip yang menghantarkan kita pada jalan yang sebenarnya, perlu cahaya yang tak pernah padam. Itulah cahaya yang selalu kita rindukan. CahayaNya. Ya Cahaya itu. Cahaya yang telah merasuk kedalam qalbu ‘Bilal bin Rabbah’ yang kemudian terpancar dalam kalimat ‘Ahad..ahad..’ meski terik dan batu ditempa ditubuhnya yang kurus. Cahaya itu pula yang telah menerangi ‘Keluarga Yasir’ meniti jalan pertama sebagai syahid/syahidah dalam Islam. Cahaya itu juga yang telah menerangi Jazirah Arab dari jaman ‘kegelapannya’ hingga mengayomi 2/3 belahan dunia menuju kejayaan peradaban yang sungguh gemilang. Dan, semoga Cahaya yang sama pula yang kita bawa menemani kelam dan terjalnya hidup ini. Cahaya itu adalah Islam. Ya, Islam yang Allah memuliakan kita dengannya sampai saat ini, semoga tetap hingga bertemu denganNya.

Tidak ada komentar: